Puisi, sesuatu yang sudah sangat sering kita dengar, lihat, dan temui. Terutama di bangku sekolah, kita seringkali dimintai oleh guru kita untuk membuat sebuah puisi, baik dengan tema bebas atau dengan tema yang telah ditentukan.
Puisi sendiri adalah salah satu bentuk karya sastra yang gaya bahasanya terikat erat dengan rima, bait, larik, serta irama. Puisi pada umumnya ditulis dalam bahasa yang indah dan mendayu-dayu karena dilakukan melalui pemilihan kata-kata yang tepat agar menimbulkan makna yang dapat ditangkap oleh orang-orang yang mendengarkannya.
Puisi merupakan salah satu bentuk curahan imajinasi dan kreativitas penulisnya. Puisi juga seringkali dianggap merupakan curahan hati penulisnya untuk menggambarkan apa yang dirasakannya tentang sesuatu hal yang menjadi perhatiannya.
A. Jenis-Jenis atau Kategori Puisi yang Ada
Puisi sendiri memiliki banyak jenis atau kategori. Di Indonesia sendiri, ada 6 jenis atau kategori puisi yang dikenal secara luas. Keenam jenis atau kategori puisi tersebut adalah:
- Puisi lama atau puisi klasik, yaitu puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan dalam penulisannya.
- Puisi baru, puisi bebas, atau yang juga dikenal dengan nama puisi modern yaitu puisi yang tidak lagi terikat dengan aturan-aturan seperti puisi lama.
- Puisi kontemporer, yaitu puisi yang ditulis dengan sebebas mungkin oleh penyairnya. Mirip seperti puisi baru, puisi kontemporer telah terbebas dari batasan-batasan yang dibentuk oleh sebuah pandangan.
- Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan atau menggambarkan sebuah cerita dan, terkadang, penjelasan dari penyairnya.
- Puisi lirik, yaitu puisi yang disusun untuk ditujukan kepada seseorang. Contoh puisi lirik antara lain ode (puisi untuk seorang tokoh), elegi (puisi yang di dalamnya ada makna atau pesan duka), dan serenada (puisi yang memiliki makna percintaan).
- Puisi deskriptif, yaitu puisi yang dimana penyairnya berperan sebagai seseorang yang memberikan kesan terhadap suatu peristiwa, keadaan, suasana, atau bahkan benda sekalipun.
B. Kata-Kata yang Cenderung Digunakan dalam Penulisan Sebuah Puisi
Setelah kita mengetahui apa pengertian puisi dan jenis-jenis atau kategori puisi yang telah diketahui secara luas, sekarang Xamux akan memperkenalkan ragam kata-kata yang cenderung digunakan ketika menulis sebuah puisi. Kata-kata atau diksi yang digunakan dalam penulisan sebuah puisi dikenal juga dengan istilah gaya bahasa.
Gaya bahasa, atau dikenal juga dengan nama majas, adalah pilihan kata-kata yang digunakan untuk menambah kesan serta penekanan dalam kalimat yang disampaikan dalam sebuah puisi. Majas juga cenderung merupakan perumpamaan-perumpamaan tertentu.
Dalam penulisan puisi, gaya bahasa atau majas termasuk ke dalam unsur intrinsik puisi.
- Penggunaan Majas Hiperbola dalam Penulisan Puisi
Gaya bahasa atau majas pertama yang digunakan dalam menulis sebuah puisi adalah gaya bahasa atau majas hiperbola.
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang berlebih-lebihan dalam sebuah puisi, yang membuat kalimat-kalimat dalam puisi terlihat atau terasa lebih dramatis daripada kenyataannya.
Contoh penggunaan majas hiperbola dalam sebuah puisi dapat dilihat pada larik di bawah ini:
Telah kering kerontang air mata ibu
Menghadapi kesengsaraan tak berkesudahan
Menghadapi dunia yang begitu kejam
Ibu siap untuk melayang jauh
Kata ‘kering kerontang’ di atas merupakan majas hiperbola untuk menggambarkan bahwa ‘ibu’ sudah tidak sanggup menangis lagi.
- Penggunaan Majas Ironi dalam Penulisan Puisi
Gaya bahasa kedua yang sering sekali digunakan dalam puisi yang kedua adalah penggunaan kata-kata bermajas ironi.
Majas ironi adalah majas yang mengandung penyampaian bertentangan dengan arti sebenarnya dan dapat diinterpretasikan sebagai sindiran atau teguran halus, tanpa menyinggung secara langsung.
Contoh penggunaan majas ironi dalam sebuah puisi dapat dilihat pada potongan larik di bawah ini:
Dalam hingar bingar kota besar
Dalam setiap tawa orang yang lewat
Kami di sini tersenyum manis
Memandangi piring kaleng kami yang tak terisi
Kata yang digarisbawahi di atas menunjukkan ironi bahwa meski di piring tak ada nasi dan lauk pauk, ‘kami’ tetap tersenyum.
- Penggunaan Majas atau Gaya Bahasa Sarkasme
Penggunaan majas atau gaya bahasa dalam sebuah puisi adalah kata-kata yang mengandung majas sarkasme.
Majas sarkasme adalah majas yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu secara langsung dan tanpa kiasan sama sekali, dan tanpa menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan. Penggunaan majas sarkasme kurang dianjurkan karena dapat menyakiti hati.
Contoh potongan puisi yang mengandung majas sarkasme dapat dilihat di bawah ini:
Tak habis pikir diriku denganmu yang bodoh ini
Dengan otak secemerlang mentari
Malah tak kaupakai sama sekali
Dari potongan puisi di atas, jelas maknanya bahwa penyair menyindir kemampuan berpikir obyek yang ada dalam puisi.
- Penggunaan Gaya Bahasa atau Majas Simile dalam Puisi
Gaya bahasa atau majas keempat yang sering digunakan dalam puisi adalah kata-kata yang mengandung majas simile.
Majas atau gaya bahasa simile merupakan majas yang menggunakan kata-kata pembanding dalam penulisan puisi. Kata-kata pembanding yang termasuk ke dalam majas simile antara lain: seperti, bak, laksana, seumpama, serupa, dan semisal.
Berikut contoh potongan larik puisi yang mengandung majas simile di dalamnya:
Tak jua hentinya kupandangi
Senyum hangat laksana mentari pagi
Terpeta di wajahmu yang indah itu
Lihat kata yang digarisbawahi pada potongan puisi di atas? Kata-kata yang digarisbawahi itu menunjukkan penggunaan majas simile, yang membandingkan senyum obyek dalam puisi dengan sinar matahari pagi.
- Penggunaan Majas atau Gaya Bahasa Metafora dalam Penulisan Puisi
Gaya bahasa kelima yang seringkali kita temui dalam penulisan sebuah puisi adalah majas atau gaya bahasa metafora.
Majas atau gaya bahasa metafora adalah kata-kata kiasan yang menggambarkan kondisi perbandingan analogis dalam dua hal yang berbeda secara langsung. Majas metafora juga sering digunakan untuk menggambarkan kondisi tertentu seseorang atau sesuatu.
Penggunaan majas metafora dapat kita lihat pada potongan puisi di bawah ini:
Dengan penuh kasih dan sayang
Kukecup keningmu
Oh, buah hatiku tercinta
Bunda ‘kan terus di sini menemanimu
Pada kata ‘buah hatiku tersayang’ mengandung majas metafora yang menggambarkan anak yang dikasihi oleh ibunya.
Demikian kata-kata atau gaya bahasa yang sering kita temukan di kala kita menulis atau mendengarkan puisi.